SELAMAT DATANG DI PERPUSTAKAAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM Perpustakaan Badan Pengusahaan Batam
Gunakan Scroll Mouse/Keyboard Untuk Mengscroll Halaman

Kamis, 12 Februari 2015

Kisah Mahasiswa Indonesia di China: Perpustakaan Selalu Penuh, Datang Harus Pagi-pagi, Kalau Siang Tidak Kebagian Tempat Duduk

Ada cerita dan kesan yang sama jika kita mendengar cerita orang-orang Indonesia ketika hidup di negara-negara maju seperti Jepang dan China. Mereka pasti selalu memiliki cerita yang sama tentang banyaknya pengunjung di Perpustakaan di negara-negara maju tersebut. Hal ini juga yang dirasakan oleh Jenmar, salah satu Mahasiswa dari Indonesia yang saat ini sedang belajar di China dari program beasiswa. Kurniawan Zainmar. Jenmar begitu ia biasa disapa berstatus sebagai Mahasiswa Universitas Mercu Buana sebelum mendapat kesempatan untuk melanjutkan semester limanya di Beijing, China. Tidak tanggung-tanggung, beasiswa yang Jenmar dapatkan berprogram Double Degree. Artinya, ia mendapatkan dua gelar berbeda dengan bidang keilmuan yang berbeda. Selama belajar di China, dirinya memiliki kesan yang diakuinya sangat jarang ditemui di Indonesia yaitu tentang banyaknya pengunjung perpustakaan yang selalu antri ketika ingin masuk ke perpustakaan disana. Bahkan jika datangnya kesiangan sedikit saja, jangan berharap bisa mendapatkan tempat duduk karena perpustakaan selalu penuh. Sebagaimana dikutip dari koran-sindo.com [10/1/15], Jenmar mengatakan, ada beberapa hal yang tidak ia temui di Indonesia. “Yang unik di sini tuh perpustakaan selalu rame.
Perpustakaan buka jam 8 pagi sampai jam 11 malam, tiap hari pasti penuh,” katanya. Bahkan, kalau ingin ke perpustakaan harus antri pagi-pagi supaya bisa mendapatkan tempat duduk. Datang siang pasti nggak bakal dapat tempat,” katanya. [Baca juga: Fasilitas Perpustakaan di China Sangat Mengagumkan] “Di sini, orang yang dateng ke perpustakaan tuh suka bawa yang aneh-aneh. Ada yang bawa hewan peliharaannya, ada juga yang bawa bantal. Kocak deh..,” tambahnya. Selain itu, jika ingin berpergian, harus berjalan kaki. “Gue kemana-mana jalan kaki. Tapi akhirnya gue beli sepeda, soalnya kampus gue gede banget, capek juga kalo jalan,” katanya. Jenmar mengaku ada hal yang tidak ia dapatkan di Beijing. “Semua mahasiswa selalu sibuk di sini. Nggak ada yang nongkrong-nongkrong seperti di Indonesia. Kalau lagi di kantin, makan ya makan, ngobrol paling seadanya. Nggak ada tuh yang ngobrol sambil bercanda, ketawa-tawa. Itu sih yang kadang gue kangenin,” ungkap Jenmar.
Susah Makanan Halal
Selain cerita menariknya terkait dengan banyaknya pengunjung perpustakaan di China, Jenmar bercerita, di China ia sulit mendapatkan makanan halal.”Kalau makan di luar, biasanya susah cari makanan halal. Harus nanya dulu ini daging apa, susah juga sih walaupun ada daging ayam atau sapi, tapi kita kan nggak tau dimasaknya pake bahan haram atau nggak. Paling aman ya makan di kantin khusus Muslim atau masak,” paparnya. Selain itu, Ia juga bercerita mengenai susahnya mencari tempat untuk beribadah.“Di sini masjid susah banget dicarinya. Kalau mau sholat mesti balik ke kamar atau cari lahan kosong. Terus kalau gue lagi wudhu, di toilet suka pada ngeliatin. Mungkin dalam hati mereka ‘Ini orang ngapain kali ya buka sepatu, angkat-angkat kaki di westafel,’ he-he-he. Waktu itu dosen gue juga pernah nanyain, gue bilang aja ritual Muslim,” ungkapnya. Lain negara lain pula budayanya. Meski terlihat menyenangkan, hidup di negeri orang ternyata tidak seenak hidup di negeri sendiri. Jenmar pun membenarkan hal itu. ”Tetep lah yang namanya hometown emang nggak ada yang ngalahin,” tutupnya. (Dikutip dari:http://duniaperpustakaan.com/kisah-mahasiswa-indonesia-di-china-perpustakaan-selalu-penuh/)

0 komentar:

Posting Komentar